Cara Beli Saham IPO Secara Online

Kondisi 2021 harusnya lebih baik dengan ekspektasi pemulihan ekonomi, apalagi dengan meningkatnya minat investor ritel untuk investasi saham.
Cara Beli Saham IPO Secara Online
WMU akan melepas sebanyak-banyaknya 5,92 miliar saham dengan nilai nominal Rp50 dan setara 35 persen dari modal yang ditempatkan dan disetor setelah IPO.

Komisaris Utama Widodo Makmur Unggas Tumiyana menjelaskan pihaknya menawarkan harga pelaksanaan penawaran umum perdana akan berada di kisaran Rp142 hingga Rp200.

Jadi, perseroan mengincar dana segar Rp841 miliar—Rp1,2 triliun dari IPO. Estimasi itu lebih rendah dari target yang diungkapkan sebelumnya sebesar Rp2 triliun.

“Kami incar Rp1,2 triliun, ini bukan turun karena kondisi pasar. Sekarang lihat saja, pasar baik-baik saja, cuma kami lebih realistis saja,” ujar Tumiyana kepada Bisnis, usai paparan publik dan due diligence Widodo Makmur Unggas, Rabu (6/1/2021).

Dia optimistis pasar akan menyerap dengan baik IPO Widodo Makmur Unggas seiring dengan antusiasme investor yang menghadiri paparan publik virtual tersebut hampir mencapai 700 investor segala kalangan.

Direktur Utama Widodo Makmur Unggas Ali Mas’adi menambahkan dana segar yang diperoleh dari aksi IPO itu sebagian besar atau sekitar 74,3 persen akan digunakan untuk ekspansi menambah dan memperluas sarana produksi, sedangkan 25,7 persen untuk keperluan modal kerja.

Ekspansi itu untuk membangun fasilitas Breeding PS Farm berlokasi di Yogyakarta, fasilitas Layer Commercial Farm di Klaten, fasilitas Hatchery di Sukabumi, fasilitas Broiler Commerical Farm di Wonogiri, fasilitas Slaughterhouse di Cianjur, dan fasilitas Feedmill di Ngawi.

Sementara itu, Senior Vice President Research PT Kanaka Hita Solvera Janson Nasrial mengatakan bahwa saat ini merupakan momentum yang tepat untuk merealisasikan rencana IPO.

Dia menjelaskan bahwa kondisi pasar dengan likuiditas tinggi, yaitu dengan quantitative easing yang dilakukan Bank Indonesia, The Fed, European Central Bank (ECB), hingga Bank of Japan (BOJ) menjadi alasan utama.

Tidak hanya itu, tren suku bunga rendah juga dianggap menjadi iklim yang tepat untuk perusahaan melakukan go public.

“Jadi, IPO jumbo masih prospektif penyerapannya tahun ini, tetapi masih kembali lagi tergantung sektor emitennya,” ujar Janson kepada Bisnis, Rabu (6/1/2020).

Janson menilai bagik FAPA maupun WMU mendapat momentum yang tepat untuk merealisasikan IPO. Pasalnya, kedua sektor itu diproyeksi booming saat ekonomi masih dalam tahap pemulihan dan permintaan konsumen yang masih lemah.

Aktivitas di pabrik PT Widodo Makmur Unggas Tbk., calon emiten di bidang perunggasan./Widodo Makmur Unggas.

Secara terpisah, Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan bahwa penyerapan IPO jumbo akan sangat prospektif tahun ini, terutama untuk beberapa sektor tertentu.

Dia menjelaskan bahwa sektor yang berpotensi mendapatkan sambutan meriah jika melangsungkan IPO pada tahun ini, yaitu kesehatan, telekomunikasi, dan produsen maupun pengolah logam mineral, terutama nikel.

Wawan juga mengatakan bahwa tahun ini pasar mungkin akan sangat menantikan aksi go public oleh anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. yaitu PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) yang digadang-gadang juga memiliki nilai emisi jumbo.

“Dengan IHSG yang masih dalam tren penguatan, euforia investor ritel yang naik signifikan, dan vaksinasi Covid-19 ini akan jadi momentum IPO karena diproyeksi bisa diserap baik oleh pasar,” ujar Wawan kepada Bisnis, Rabu (6/1/2021).

Apalagi, dia menjelaskan dana pihak ketiga di perbankan cukup tinggi yang menjadi penanda ketersediaan dana di masyarakat cukup tinggi, bisa dialihkan masyarakat untuk menyerap aksi IPO emiten yang menarik.

Oleh karena itu, sentimen-sentimen tersebut diharapkan dapat menarik perhatian calon emiten untuk mencatatkan efeknya di BEI dengan nilai jumbo yang dalam beberapa tahun terakhir sangat sepi.

Analis PT Phillip Sekuritas Anugerah Zamzami mengatakan bahwa prospek penyerapan IPO, termasuk dengan nilai emisi jumbo sekalipun sangat cerah pada tahun ini.

Hal itu pun seiring dengan meningkatnya jumlah investor domestik, terutama ritel. Pada 2020, jumlah investor saham yang terefleksi dari single investor identification (SID) tercatat sebesar 1,69 juta, melonjak 53,47 persen dari akhir 2019.

“Kondisi 2021 harusnya lebih baik dengan ekspektasi pemulihan ekonomi, apalagi dengan meningkatnya minat investor ritel untuk investasi saham. Minat terhadap saham IPO pun harapannya meningkat,” ujar Zamzami kepada Bisnis, Rabu (6/1/2021).

Sebelumnya, Pengamat pasar modal Universitas Indonesia Budi Frensidy menilai pasar modal masih kekurangan calon-calon emiten yang akan melantai di bursa dengan kapitalisasi pasar dan jumlah emisi yang jumbo.

Padahal, pemerintah telah memberikan insentif fiskal berupa diskon pajak penghasilan (PPh) bagi perusahaan yang melakukan IPO di BEI melalui RUU perpajakan.

Pemerintah memberikan potongan atau diskon sebanyak 3 persen, sehingga perusahaan yang melantai di bursa mendapatkan PPh sebesar 17 persen, dibandingkan dengan PPh saat ini sebesar 20 persen.

“IPO emiten kapitalisasi pasar besar masih kurang, yang BUMN dan anak BUMN harus diarahkan dari Kementerian BUMN sedangkan yang swasta mesti dipikirkan insentif tambahan selain diskon PPh,” ujar Budi.

Untuk diketahui, sepanjang 2020 terdapat 51 perusahaan yang mencatatkan sahamnya di BEI. Namun, jumlah dana yang dihimpun di pasar modal pada 2020 melalui IPO hanya mencapai Rp5,58 triliun, lebih rendah dibandingkan dengan total keseluruhan 2019 mencapai Rp14,78 triliun.

Raihan dana jumbo di pasar modal pada 2020 hanya didapatkan oleh IPO PT Metro Healthcare Indonesia Tbk. (CARE) senilai Rp1,03 triliun pada 13 Maret 2020.

Secara terpisah, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto juga menyentil raihan penggalangan dana pada 2020 yang tidak sesuai ekspektasi.

Dia berharap penghimpunan dana dari penawaran umum saham perdana atau IPO pada 2021 dapat naik signifikan daripada tahun lalu.

“BEI menargetkan 30 perusahaan dapat IPO tahun ini, tetapi kami harapkan jumlah dananya bisa cukup signifikan. Apalagi disampaikan yield SBN juga sudah rendah, jadi bisa dorong minat untuk banyak yang IPO dan mencari dana di pasar modal,” ujar Airlangga.

Hingga 29 Desember 2020 sudah ada 23 partisipan Perusahaan Efek yang tergabung dalam sistem e-IPO.

Bursa Efek Indonesia (BEI) mengeluarkan sistem baru untuk investor membeli saham perdana melalui e-IPO. Platform digital dalam jaringan ini diharapakan akan memeratakan kesempatan membeli saham emiten yang baru melantai di bursa atau IPO. 

Pada awal tahun ini Bursa Efek Indonesia (BEI) kedatangan emiten dengan nilai IPO mencapai Rp1 triliun, yaitu PT FAP Agri Tbk. (FAPA). Satu jam setelah resmi listing pada Senin (4/1/2021), saham FAPA langsung melompat 25 persen dan mengalami auto reject atas (ARA).

Selain itu, sejumlah calon emiten baru dengan nilai emisi IPO yang juga jumbo sedang mengantre untuk masuk BEI. Salah satunya, perusahaan yang bergerak di bidang peternakan dan pakan ternak, PT Widodo Makmur Unggas Tbk.

BEI telah mengenalkan sistem ini mulai Agustus 2020 dan sistem ini akan mulai dijalankan secara penuh kepada perusahaan yang akan melantai di bursa mulai tahun ini.

e-IPO sendiri memiliki keunggulan dapat diakses dari mana saja. Namun untuk terlebih dahulu Anda harus registrasi dan menyediakan dana di Rekening Dana Nasabah (RDN).

Registrasi e-IPO  cukup mudah. Berikut cara registrasi dan pemesanan pada e-IPO dengan mengunjungi website www.e-ipo.co.id

Cara Registrasi

  • Daftarkan jenis investor yang akan Anda lakukan.
  • Isi data diri, termasuk alamat e-mail.
  • Masukkan OTP yang dikirimkan ke nomor telepon atau e-mail yang terdaftar untuk proses autentikasi.
  • Kemudian Anda bisa memilih broker dan buatlah sandi atau password yang minimal terdiri dari 6 digit yang didalamnya terdapat huruf kapital, huruf kecil, karakter spesial atau simbol, dan juga angka.
  • Lalu Anda telah bisa log in menggunakan Single Investor Identification (SID) yang telah dimiliki.

Untuk memulai investasi, pastikan saldo pada RDN Anda cukup untuk memilih minat atau pesanan.

Pesanan bisa Anda lakukan dengan cara
  • Pilihlah saham yang diinginkan lalu klik "more info".
  • Setelah selesai membaca dengan seksama maka klik "place order".
  • Isilah form pemesanan dan klik "send".
  • Untuk mengonfirmasinya masukkan OTP yang dikirimkan pada Anda.

Jika Anda telah melakukan pemesanan, Anda harus mengonfirmasinya dengan membaca prospektus jika tidak maka pesanan akan dibatalkan.

Anda bisa membacanya pada menu active orders, lalu klik "view", setelah selesai membaca lalu klik "i have already read prospectus".

Lihat hasil atau status penerimaan saham Anda pada menu History.
Terdapat empat keterangan status :
  • Alloted yang artinya mendapatkan penjatahan,
  • Alloted with Scale Book yaitu mendapatkan penjatahan yang disesuaikan,
  • Not Alloted adalah tidak mendapatkan penjatahan,
  • Not Carried Over adalah pesanan tidak diteruskan ke proses penjatahan.
source: bisnis.com

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel