3 Lomba Agustusan yang terunik dan menarik pastinya!

3 Lomba Agustusan yang terunik dan menarik pastinya!

Menjelang hari kemerdekaan Republik Indonesia, warga biasanya akan melaksakan berbagai macam perlombaan, dalam rangka ikut memeriahkannya.  Salah satunya yang unik dan menarik yaitu lomba panjat pinang pastinya.

1. Lomba Panjat Pinang


metro.tempo.co
Sebuah pohon pinang yang tinggi dan batangnya dilumuri oleh pelumas disiapkan oleh panitia perlombaan. Di bagian atas pohon tersebut, disiapkan berbagai hadiah menarik. Para peserta berlomba untuk mendapatkan hadiah-hadiah tersebut dengan cara memanjat batang pohon pohon pinang tersebut.

Lomba ini mengaharuskan setiap tim untuk bekerja sama memanjat tiang agar dapat mengambil hadiah yang digantung di ujung atas tiang.

Namun, yang membuatnya menarik adalah adanya minyak/ pelumas yang melumuri seluruh bagian pohon pinang tersebut, menjadikan licin jadi deh para peserta pada mlorot / plorotan ... he... he...

Tak jarang kejadian-kejadian lucu sering terjadi dan menjadi hiburan tersendiri bagi masyarakat yang menonton.

Namun, siapa sih sebenarnya yang mempunyai ide membuat perlombaan semacam ini?

Setelah ditelusuri, panjat pinang ternyata telah ada sejak masa penjajahan. Lomba ini merupakan tradisi yang dibawa oleh Belanda. Melansir dari Intisari, orang Belanda menyebutnya dengan De Klimmast atau yang dalam bahasa Indonesia berarti panjat tiang. Bangsa mereka biasa menyelenggarakan perlombaan itu pada tanggal 31 Agustus. Tanggal yang bertepatan dengan ulang tahun sang ratu Belanda, Ratu Wihelmina. Akan tetapi, dalam prakteknya, lomba ini tidak hanya digelar pada tanggal 31 Agustus saja. Melainkan dirayakan juga di hari-hari besar negara atau saat ada hajatan.

Pada masa penjajahan, lomba ini diselenggarakan oleh Belanda untuk pribumi. Mereka akan menggantungkan bahan-bahan pokok di puncak batang pohon pinang tersebut. Adapun hadiah yang digantung biasanya berupa makanan, gula, pakaian, tepung dan lain lain.


2. Lomba Balap Egrang


 wartanasional.com
Egrang atau Engrang adalah tongkat panjang yang terbuat dari bambu di mana seseorang bisa berdiri di atasnya, kemudian berjalan dalam jarak atau waktu tertentu. Pada mulanya, Egrang ini merupakan olahraga atau permainan tradisional yang jika ditelusuri ternyata permainan ini sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda dan permainan ini mendapat pengaruh dari budaya China. Kosakata Egrang itu sendiri berasal dari Bahasa Lampung yang berarti terompah pancung yang terbuat dari bambu bulat panjang.

Permainan Egrang ini sebenarnya sangat unik. Karena pemain harus terampil dalam menjaga keseimbangan tubuh dan berjalan dengan stabil di atas tongkat kayu panjang. Permainan berkembang dan cukup populer di tahun 1900-an. Ada beberapa yang menjadikan Egrang sebagai permainan tradisional, tetapi juga ada yang menganggapnya sebagai olahraga tradisional. Saat ini, Egrang sendiri hanya bisa ditemui pada saat merayakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus.

Sebutan untuk permainan Egrang ini di setiap daerah berbeda-beda. Di Kalimantan disebut dengan Batungkau, di Jawa Tengah disebut dengan Jangkungan, kemudian di Bengkulu disebut dengan Ingkau, sedangkan di Sumatra Barat disebut dengan Tengkak-tengkak. Namun, masyarakat lebih mengenalnya dengan istilah Egrang atau Engrang.

Permainan atau olahraga tradisional ini memiliki makna yang sangat dalam jika kita teliti lagi. Mengapa, karena permainan ini harus dimainkan dengan niat yang kuat. Saat kaki sudah dipijakan bamboo, kemudian mencondongkan badan ke depan untuk berjalan maka sang pemain tidak boleh ragu-ragu. Pemain harus berjalan cepat supaya seimbang dan tidak jatuh, jika terjatuh akan terasa sakit. Ini sama halnya dengan kehidupan. Ketika kita sudah mengambil suatu keputusan, kita harus bertekad dan berkomitmen untuk menyelesaikannya dan tidak boleh ragu-ragu.

Nilai-nilai seperti sportifitas, kerja keras, keuletan sangat kental tercermin dalam nilai budaya pada permainan Egrang ini. Nilai sportifitas tercermin pada pemain yang bisa menerima kekalahan dengan lapang dada, dan pemain tidak berbuat curang selama permainan berlangsung. Nilai kerja keras tercermin dari semangat si pemain itu sendiri, yang berusaha agar bisa berjalan dengan cepat dan stabil hingga sampai ke tempat yang sudah ditentukan. Kemudian, nilai keuletan dapat terlihat pada proses pembuatan tongkat kayu yang akan digunakan untuk Egrang, di mana bambu harus dibuat sebaik mungkin supaya tidak patah atau rusak ketika dinaiki oleh pemain.


3. Lomba Balap Bakiak


pingpoint.co.id
Permainan Bakiak sangat populer di masyarakat. Apalagi, jika ada perlombaan 17an di hari Kemerdekaan Republik Indonesia, permainan bakiak akan jadi salah satu perlombaan yang hampir selalu digelar di setiap wilayah. Tapi, tahukah Anda jika dulunya permainan ini adalah permainan yang dilahirkan dari Sumatera Barat. Di sana, permainan tradisional langganan 17 Agustusan ini dikenal dengan nama terompah atau terompa galuak. Sementara, untuk sebutan bakiak sebenarnya lebih dikenal masyarakat Pulau Jawa.

Balap Bakiak atau Terompah, Permainan Tradisional Langganan di Hari Kemerdekaan
Permainan tradisional bakiak memiliki alat permainan berupa kayu panjang seperti seluncur es yang dihaluskan dan diberi beberapa selop (pengait kedua kaki) di atasnya. Biasanya, selop di atas kayu berjumlah dua sampai lima dengan menggunakan karet ban. Itu pun menentukan jumlah pemainnya. Jika ada tiga selop di atas bakiak panjang, maka hanya tiga orang yang bisa memainkannya.

Sepasang bakiak panjang yang biasa dimainkan untuk 2-5 orang ini biasanya berukuran lebar 10 cm dengan ketebalan 2,5 cm. Jarak antara selop atau pengait kedua kaki yang satu dengan lainnya berjarak sekitar 40 cm. Sedangkan, panjang karet sebagai pengait kaki disesuaikan dengan lingkar kaki. Pengait kaki ini dipaku dengan kuat di kedua sisi kayu.

Bakiak atau terompah panjang dimainkan dengan mengadu kecepatan serta kekompakan untuk mencapai garis finish. Permainan bakiak atau terompah panjang ini memiliki nilai afektif, kognitif, dan psikomotor. Nilai afektif yang dimaksud adalah ketika pemain serius dalam bermain dan melaksanakan tugas dengan baik dan benar. Sementara nilai kognitif tercermin dari pemahaman pemain dalam permainan dan mengerti aturan mainnya. Sedangkan, nilai psikomotor dilihat dari pemain yang hadir dan menaati peraturan dalam permainan.

Ok sekian dulu ya bahasannya tentang lomba-lomba dalam rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel